Membaca Sastra "Robohnya Surau Kami"


Judul : Robohnya Surau Kami
Pengarang : A.A. Navis
Tahun : Cetakan kedelapan: Juni 2002
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal Buku : 142 Halaman
ISBN : 979-403-046-5

Robohnya Surau Kami adalah kumpulan cerpen berisi 10 cerpen karya A.A. Navis. Beliau adalah sastrawan besar yang telah melahirkan karya-karya monumental dalam sejarah sastra Indonesia.

Melalui buku ini, A.A. Navis menceritakan problematika yang seringkali terjadi di masyarakat kita. Salah satu cerpennya yang berjudul "Robohnya Surau Kami" menceritakan tentang kehidupan seorang kakek yang mengabdikan dirinya untuk bersembahyang di sebuah surau. Semangat ibadah kakek sangat mengesankan. Tak pernah kakek mau dibayar atas jasa-jasanya mengurus surau. Rasa ikhlas dan tulus menerima pahala dari Tuhan-lah yang membuat kakek setia menjaga surau hingga akhir hayatnya. Hingga pada suatu hari, kakek bertemu dengan seorang pembual, Ajo Sidi. Ajo Sidi berkata kepada Kakek tentang azab seorang hamba yang hanya mementingkan diri sendiri. Tentang hamba-hamba egois yang kerjanya hanya bersembahyang saja tanpa mementingkan orang lain di sekitarnya. Azab bagi hamba-hambanya yang egois adalah dimasukkan ke dalam api neraka. Kakek tercengang mendengar perkataan Ajo Sidi, membuat Kakek menjadi sedih dan gelisah karena kakek merasa tersindir dengan bualannya. Tanpa disangka, keesokan harinya terdengar berita bahwa Kakek meninggal secara mengenaskan di surau. Kakek menggorok lehernya dengan pisau cukur yang diasahnya kemarin.

Dalam cerpennya yang berjudul "Anak Kebanggaan" menceritakan tentang seorang ayah bernama Ompi yang sangat sayang kepada anak lelaki satu-satunya. Saking sayangnya kepada si anak, Ompi memberi anaknya nama orang-orang hebat. Hingga akhirnya Ompi memberi nama anaknya menjadi Indra budiman karena tersinggung dengan si pencuri yang namanya sama seperti nama anaknya. Ompi menaruh harapan besar kepada sang anak. Ompi berharap Indra budiman kelak akan menjadi seorang sarjana dokter. D lain waktu, ketika Ompi melihat perkampungan yang tak tertata rapi, Ompi akan membayangkan jika anaknya menjadi arsitek pasti kampung ini akan rapi dan bersih. Teramat senangnya Ompi dengan cita-cita masa depan tentang anaknya. Ompi selalu menyombongkan anaknya kepada tetangga-tetangga sekitar rumah bahwa sang anak selalu bagus nilainya ketika di sekolah. Beberapa tetangga yang juga merantau ke Jakarta merasa iba dengan Ompi karena mengetahui kenyataan yang terjadi pada anaknya tidak seperti itu. Tak lama berselang, anaknya tidak pernah lagi membalas surat dari Ompi. Kegelisahan menyelimuti hati Ompi. Sampai pada suatu hari, Ompi lumpuh karena kerinduan akan anaknya yang semakin menggerogoti. Sudah didatangkan dokter namun tak sanggup juga menyembuhkan penyakit yang hanya bisa disembuhkan dengan bertemu sang anak. Suatu hari, tukang pos datang mengirim telegram dari Jakarta. Ompi menyuruh anak muda yang menemaninya untuk membacakan telegram itu karena Ompi tak kuasa membacanya. Dan akhirnya, Ompi harus menerima kenyataan bahwa Indra budiman telah tiada. Ompi pun meninggal juga dalam pelukan telegram berita kematian anaknya.

Cerpen "Nasihat-Nasihat" menceritakan tentang kisah seorang pemuda yang meminta nasihat kepada seorang Kakek yang sudah terkenal akan kebijaksanaannya. Pemuda ini bercerita bahwa ia bertemu dengan seorang gadis desa dalam perjalanannya menggunakan bis. Kakek berpendapat dengan tegas bahwa gadis itu gila dan tidak waras. Gadis itu hanya ingin memanfaatkan kekayaan si pemuda saja. Namun pemuda itu berpendapat lain dari pendapat Kakek. Pemuda itu bersikukuh untuk menolong gadis itu karena merasa iba. Namun, Kakek tetap dengan tegas berkata bahwa gadis itu hanya membual saja. Cinta pandangan pertama membuat si pemuda tetap melindungi gadis itu. Banyak perdebatan terjadi diantara Kakek dan Pemuda tentang gadis desa misterius itu. Hingga pada suatu hari, Kakek mendapati Pemuda itu sedang gelisah memikirkan seorang wanita yang dicintainya. Kakek menyuruh Pemuda itu untuk membawa kekasihnya kepada Kakek.  Pemuda itu pun membawa wanita yang dicintainya untuk makan bersama di rumah Kakek. Kakek memiliki firasat baik tentang wanita itu. Kakek pun menyarankan si pemuda untuk segera menikahi wanita itu. Namun, nasihat Kakek meleset. Justru keluarga wanita itu telah datang untuk melamar si pemuda. Dan satu hal yang membuat Kakek tercengang adalah ternyata wanita itu adalah gadis desa yang ditemui si pemuda dalam bis. Setelah itu, tak ada lagi nasihat yang keluar dari mulut Kakek.

“Topi Helm" mengisahkan perlakuan sewenang-wenang masinis kareta api terhadap bawahannya, tukang rem gerbong kereta api yang bernama Pak Kari. Pak Kari sangat menghargai topi helmnya. la melakukan kesalahan karena meninggalkan tugasnya mengerem gerbong kereta api yang menjadi tanggung jawabnya. Hal itu dilakukannya karena topi helmnya jatuh dan ia turun dari gerbong untuk mengambil topi itu ketika kereta api itu perlu direm. Akibatnya, masinis itu marah sekali dan membakar topi helm Pak Kari. Pak Kari merasa dendam atas perbuatan masinis itu. Pada suatu ketika ia dapat membalas kesewenang-wenangan masinis itu dengan melemparkan bara api panas ke muka masinis itu ketika sedang berada dekat gerbong kereta api.

Cerpen berjudul "Datangnya dan Perginya" memberikan penyelesaian yang ekstrem. Seorang ayah yang telah menyia-nyiakan anaknya dari salah seorang istrinya. Di hari tuanya berkali-kali ia mendapat surat dari anaknya yang telah dewasa yang meminta ia supaya datang berkunjung melihat menantu dan cucunya. Sang ayah pada mulanya tidak mau memenuhi undangan itu karena rasa angkuh, malu, dan rasa bersalah, tetapi akhirnya ia pergi juga. Ia bertemu dengan bekas istrinya yang membukakan rahasia yang mengagetkannya. Anaknya Masri telah kawin dengan Arni. Keduanya adalah turunan darahnya yang berlainan ibu. Sang ayah menyalahkan bekas istrinya itu karena ia tidak memberitahukan kekeliruan itu pada Masri. Mantan istrinya itu menjelaskan bahwa hal itu sudah terlambat dan ia tidak mau merusakkan kebahagiaan kedua anak itu. Dalam perdebatan tentang baik buruknya memberitahukan masalah itu, sang ayah akhirnya mengalah dan pulang kembali tanpa menemui kedua anaknya.

Cerpen keenam dalam buku itu berjudul "Pada Pembotakan Terakhir". Cerpen ini mengisahkan tokoh aku yang selalu dibotaki kepalanya licin-licin setiap ulang tahunnya tiba. Namun di hari ulang tahun ketujuhnya, ia tidak dibotaki lantaran neneknya meninggal dunia. Kisah inilah yang mengawali perkenalan tokoh aku dengan Maria. Di lain sisi, ada anak yatim Maria mendapat perlakuan yang kejam dari neneknya, Mak Pasah. Menurut Jassin (1962), kekejaman Mak Pasah yang melanggar batas tidak beralasan dan tidak sehat.

"Angin dari Gunung" menceritakan kisah tentang seorang patriot wanita yang tangguh, Nun. Ia kehilangan kedua tangannya saat perang. Angin dari gunung menjadi saksi tentang betapa dinginnya perbincangan kali itu. Tokoh "aku" yang berusaha untuk memberikan semangat kepada Nun. Bahwa ia tidak kehilangan segalanya hanya karena kedua tangannya telah tiada. Ia masih memilikinya, orang yang dulu teramat mencintainya. Tapi Nun merasa semua telah berubah begitu banyak. Dulu semua orang memujanya sebagai satu-satunya wanita diantara ribuan pria. Menjadi pembeda namun dikasihi oleh semua. Bagi Nun, kini hidupnya hanyalah untuk neneknya. Tidak ada hal lain. Jika neneknya tiada, sudah tidak ada alasan untuknya hidup kembali.

"Menanti Kelahiran" menceritakan tentang ketakutan seorang perempuan mengenai kehamilannya. Ia selalu berpikiran negatif. Ia merasa jijik pada mereka yang tidak terurus seperti halnya gelandangan, pengamen dan pembantu. Ia selalu berusaha menghindari mereka bahkan mengusirnya. Ia takut memikirkan mereka semua dan akhirnya mempengaruhi janinnya. Namun di lain sisi, suaminya menganggap Len tidak siap menjadi seorang Ibu karena hal itu. Keadaan ini membuat Len marah. Ibunya pun pernah berkata bahwa ia tidak boleh menghina orang lain dan harus menghargai sesama agar kandungannya menjadi baik. Terdesak akan suami dan ibunya. Ia pun memperbolehkan seorang pembantu dengan dua anaknya yang sakit bekerja di rumahnya. Perasaan was-was selalu menghantui Len saat ia meninggalkan rumahnya sendiri dengan pembantunya. Ia takut dan khawatir kalo mereka semua adalah penipu. Dan ternyata semua itu bukanlah ilusi semata Len. Mereka yang ia tolong adalah komplotan pencuri. Len yang sangat kaget merasakan kandungannya begitu sakit. Hingga akhirnya Len melahirkan di rumah sakit terdekat. Apalah dayanya hal yang ditakutkannya kembali terjadi. Bayinya lahir tidak sempurna bulannya. Pertumbuhannya tidak sempurna, ia cacat. 

“Penolong” menceritakan tokoh Sidin dan orang-orang yang berlari di kegelapan malam itu. Sambil terus berlari, ia teringat kejadian sama seperti enam bulan yang lalu. Saat sebual kereta api jatuh di Jembatan Lembah Anal. Ketika itu pada masa pendudukan Jepang tidak ada angkutan umum selain kereta api. Tidak peduli banyak orang naik, kereta itu tetang meluncur. Karena muatan berlebih, kereta itu meluncur kian cepat. Di sebuah tikungan patah, lok lepas dari relnya. Disambut oleh lengkungan besi sebuah jembatan. Lengkungan itu ambruk dan lok pun terjatuh ke sungai yang tengah deras airnya karena hujan di hulu. Itulah penyebab sama kecelakaan kereta api enam bulan yang lalu. Tiba saatnya orang-orang mencari-cari korban untuk diberi pertolongan. Di sini terlihat balatentara jepang hanya menyelamatkan orang jepang saja, sedangkan korban bangsa lain ditolong oleh bangsanya pula. Akhir cerita dikisahkan Sidin ikut masuk ke gerbong untuk menyelamatkan dan di dalam sana Sidin hanya menjumpai seorang penolong saja. Tiba-tiba terdengar suara erangan dari seorang gadis kecil yang tertindih oleh tumpukan mayat lain. Akhirnya si gadis kecil itu berhasil di selamatkan oleh teman satunya yang di dalam gerbong, namun ada yang janggal dengan tubuh gadis tersebut. Sidin pun bingung dan kaget kemudian dia jatuh tidak sadarkan diri.

Cerpen “Dari Masa ke Masa” menceritakan tokoh saya yang sangat kesal/dongkol jika harus meminta nasihat dan restu kepada para orang tua sebelum melakukan suatu hal. Kemudian tokoh “saya” menyimpulkan bahwa orang tua berlaku demikian karena orang-orang tua itu khawatir akan posisinya. Melihat hal tersebut, tokoh “saya” amatlah miris dan berjanji untuk tidak melakukan hal macam orang tua lakukan saat tiba waktunya ia yang memberi nasihat. Tibalah saatnya ia yang didatangi pemuda untuk diminta pendapatnya. Ia melakukan sesuai janjinya untuk tidak mengulangi perbuatan orang-orang tua dulu. Namun, ternyata orang-orang muda zaman “sekarang” berbeda dengan zaman dulu (konteks sekarang mengacu pada tahun dibuatnya cerpen yaitu tahun 1950-an). Anak muda zaman sekarang lebih mudah diatur dan lebih berwawasan karena bisa sekolah tinggi-tinggi. Tidak ada lagi yang memberi nasihat seperti halnya tokoh “saya” sewaktu muda dulu. Akhir cerita dikisahkan tokoh “saya” sedang berbincang dengan sobat seperjuangannya dulu. Mereka membicarakan tentang orang-orang muda zaman sekarang yang ternyata tidak seperti harapan mereka dulu. dan tokoh “saya” menyimpulkan bahwa hal yang harus dilakukan sekarang adalah membenahi akibat kerja orang muda zaman dulu mengenai respon tokoh “saya” yang tidak mau mengulangi kesalahan orang-orang tua zaman dulu, ia tidak mau memberi nasihat kepada orang-orang muda. ia lebih memilih diam dan menikmati “betapa segannya orang dengannya”. Setelah berbincang dengan sobatnya, tokoh “saya” merasa apa yang dia lakukan selama ini juga salah. Yang seharusnya dilakukan adalah membenahi akibat dari pekerjaan terdahulu. 

Menurut kami kumpulan cerpen karya A.A. Navis ini sangat menarik untuk dibaca. Banyak makna yang dapat kita diambil dalam setiap cerpen-cerpennya. Salah satunya dalam cerpen “Robohnya Surau Kami” penulis mengkiaskan banyak pesan dalam cerpen ini. Tentang bahaya menjadi seorang pembual yang dapat mencelakakan orang lain. Maka berhati-hatilah dalam berlisan. Selain itu, kita hidup di dunia tidak hanya untuk beribadah saja kepada Tuhan, namun kita juga harus menjadi pemimpin yang dapat memakmurkan semesta. 

Dalam cerpen “Anak Kebanggaan” memberikan pesan kepada pembaca untuk percaya diri dan mensyukuri apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita. Tidak usah kita bersusah payah untuk menjadi orang lain. Jadilah diri kita sendiri dengan kebahagiaan yang kita miliki. Selain itu, dalam sebuah hubungan kita harus mengutamakan kejujuran di atas segalanya. Jika salah satu ada yang berbohong, pasti akan tercipta kebohongan lain yang akan membawa masalah baru dalam sebuah hubungan. Di lain cerpen “Nasihat-Nasihat” menyuguhkan pesan terutama untuk para orangtua yang mungkin kurang memperhatikan pendapat anaknya. Orangtua yang mungkin kadang merasa paling benar tanpa mengetahui perasaan anaknya.

Melalui cerpen “Topi Helm” kita dapat belajar arti menghargai seseorang. Jangan mudah menyimpulkan bahwa seseorang itu buruk melalui penampilannya. Karena terkadang itu hanyalah kamuflase belaka. Di lain sisi, membalas kejahatan dengan kejahatan bukan sesuatu yang baik. Hal ini malah makin memperkeruh keadaan. Makadari itu, kita harusnya membalas kejahatan dengan kebaikan. Agar masalah cepat terselesaikan dengan baik. Cerpen “Datangnya dan Perginya” memberikan amanah tentang betapa pentingnya arti kejujuran. Kejujuran memang adalah yang yang sulit untuk diungkapkan. Namun melalui hal ini, kita tidak akan mendapatkan masalah yang besar. Melainkan dapat memperjelas keadaan yang ada.

Pada cerpen “Pembotakan Terakhir” kita dapat belajar tentang keadilan. Tidak ada ceritanya di dunia ini, kita boleh menagdili orang sesuka hati tanpa memikirkan hak-hak orang itu. Kita diajarkan untuk mengambil keputusan secara mufakat. Tindakan sewenang-wenang malah menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Menurut kami "Angin dari Gunung" mengajarkan kita arti tabah dan menerima. Setiap hal di dunia ini memiliki arti. Jangan merasa bersedih saat mendapatkan musibah. Melainkan tabahlah dan ambil hikmah dibalik masalah yang ada. Kita tidak pernah tau sejauh dan sekuat apa kita. Oleh karena itu, masalah ada untuk menguji seberapa tangguh kita. Pasrah dan mengalah bukan jalan terbaik dalam menghadapi masalah. Kekurangan pun tidak menghalangi kita dalam menyelesaikan setiap kesusahan. Makadari itu, hargai diri sendiri dan jangan biarkan keadaan memanipulasimu.

Kita dapat belajar banyak hal melalui cerpen "Menanti Kelahiran". Jangan terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak-tidak. Hal ini malah membentuk pola pikir yang buruk di dalam hati dan pikiran kita. Selalu berpikiran positif dan jangan memandang orang hanya sebelah mata. Kita tidak tau seburuk apa seseorang hanya dengan melihat luarnya saja. Di lain sisi, didikan yang baik diperlukan mulai sedari dini. Saat ibu mengandung anaknya, diharapkan untuk selalu berpikiran dan bertindak positif. Hal ini agar janin pun memiliki sifat yang baik dimulai sedari dini. Menurut kami dalam cerpen “Penolong” menceritakan bahwa para penjajah Jepang dulu bertindak sekenanya terhadap penduduk bangsa ini. Orang-orang pun seperti lebih memilih mementingkan urusannya sendiri. Terlihat dibagian akhir cerita yang hanya ada Sidin dan seorang anak muda yang berada di gerbong untuk menyelamatkan para korban. Dan dijelaskan pula pada pamungkas cerita bahwa seorang pemuda yang menolong gadis kecil tersebut adalah orang gila. Cerpen ini baik dibaca karena kita bisa tahu bagaimana keadaan orang-orang zaman dahulu ketika pada zaman pendudukan Jepang. Melalui cerpen “Dari Masa ke Masa” menyinggung mengenai hubungan sosial antara orang-orang tua dengan orang-orang muda. Bahwasanya baik untuk mendengarkan nasihat orang tua dalam beberapa konteks. Namun untuk beberapa hal, kaum muda lebih kompeten daripada para orang tua. Oleh karena itu, kaum muda dan tua sebenarnya memiliki andil yang penting di bagiannya masing-masing.

Buku ini mengandung makna-makna tak terduga yang dibungkus dalam bahasa-bahasa yang mudah dipahami. Dialog yang disuguhkan mampu menafsirkan watak tiap tokoh dalam cerita. Tata bahasa yang digunakan juga sangat tertata rapi. Ending dari cerita ini juga mengejutkan. Kami sangat menyukai cerpen karya A.A. Navis ini. Buku kumpulan cerpen ini sangat kami rekomendasikan untuk para pembaca sastra. Karena di dalamnya mengandung pesan moral yang bermanfaat untuk kehidupan sehar-hari yang disajikan dengan alur cerita yang tidak membosankan. Sehinggga cerpen karya A.A Navis ini sangat cocok dibaca oleh semua kalangan baik yang tua maupun yang muda, 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Badai Sepanjang Malam karya Max Arifin-Drama

Dadaisme karya Dewi Sartika-Resensi Buku

Membaca Sastra Bangsal Sri Mangasti karya Suminto A. Sayuti